Tulisan ini hadir dari
obrolan ringan bareng beberapa sahabat di Semanggi Institute. Di tengah suasana
selesainya prosesi KONFERCAB PMII CIPUTAT yang kemudian disusul agenda RTK PMII
KOMFAKTAR, berangkat dari celetukan-celetukan aneh sahabat-sahabat sampe
obrolan ngalor ngidul tentang manajeman organisasi dan kemampuan memimpin
organisasi. Selain dari hasil obrolan, biar terkesan ilmiah, karena di ruang
depan tempat ngobrolnya ada rak buku, tulisan ini juga dilengkapi beberapa
kutipan dari para ahli yang membicarakan tentang manajeman organisasi dan
kepemimpin.
Posisi manusia dalam Islam
di anugrahi gelar mulia yaitu “khalifah”.
Sementara fungsi dan tugas manusia sebagai seorang khalifah sejatinya
adalah bagaimana seorang manusia bisa memakmurkan bumi. Karena dalam konteks
manusia sebagai khalifah, manusia diposisikan sebagai wakil Tuhan di bumi yang
bertanggung jawab untuk memakmurkan dan menjaga keberlangsungan hidup seluruh
makhluk yang ada di bumi.
Tentunya dalam
mengelola/mengatur/memimpin bumi yang begitu luas, dibutuhkan kemampuan atau
kepiawaian tersendiri yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Dalam konsep
Islam sendiri mengenal ajaran “setiap manusia adalah pemimpin dan setiap
pemimpin pasti akan ditanya tentang kepemimpinannya”. Konsep ini
mengilustrasikan kepada kita bahwa potensi kepemimpinan itu ada pada setiap
jiwa seseorang. Tinggal bagaimana kita menyadari secara cerdas tentang posisi
kita dan menjalankan peran apa yang harus diambil. Misalnya, seorang ketua
kelas bertanggung jawab atas setiap proses pembelajaran yang terjadi dikelas.
Sebagai seorang akademisi, pelajar atau mahasiswa bertanggung jawab menjalankan
proses akademisi dan kegiatan yang menopang proses akademis tersebut.
Dalam konteks organisasi
modern, seorang ketua organisasi (baik itu organisasi pelajar, primordial,
intra maupun ekstra kampus dan sebagainya) bertanggung jawab untuk menjalankan
roda organisasi dengan bantuan perangkat yang ada di dalamnya agar tujuan
organisasi tersebut dapat terlaksana dengan baik. Kemudian dalam konteks yang
lebih global, misalnya seorang guru bangsa harus mampu memberikan solusi dalam
menangani berbagai persoalan kebangsaan yang terjadi dari ujung timur sampai
ujung barat kepulauan NKRI. Begitu juga dengan komunitas-komunitas lainnya dari
skala terkecil sampai yang terbesar yang menaungi kepentingan dan hajat hidup
orang banyak.
Memang dalam memimpin
sebuah komunitas atau organisasi baik formal maupun in formal, tidaklah semudah
apa yang kita khayalkan. Karena yang dipimpin adalah manusia-manusia yang
anugrahi akal untuk berpikir, sehingga sangatlah wajar apabila dalam sebuah
komunitas atau institusi selalu terdapat perbedaan di dalamnya, mengingat berbeda
kepala tentunya berbeda pemikiran juga. Hal ini menjadi sesuatu yang lumrah
terjadi, sebab jauh ribuan tahun yang silam nabi Muhammad SAW sudah
mengisyaratkan bahwa setiap perbedaan yang terjadi adalah bentuk rahmat Tuhan
yang Maha Kuasa. Maka ibrah yang bisa
dipetik dari perbedaan yang ada, adalah bagaimana kita bisa bersikap untuk
saling memahami dari sebuah perbedaan dan mengakomodirnya untuk sampai kepada
tujuan bersama atau menciptakan kemaslahatan secara kolektif. Karena kita tidak
bisa memaksakan semua orang harus sama dengan apa yang kita pikirkan, dengan
memaksakan semua orang harus sama berarti kita mengingkari ketetapan Tuhan yang
sudah ada.
Untuk itu dalam mengelola
sebuah komunitas atau organisasi agar samapai pada tujuannya dengan lancar, dibutuhkan sebuah pengelolaan,
pengaturan atau manajemen yang baik. Manajemen
adalah kegiatan yang dilandasi oleh ilmu dan seni untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati dengan bantuan orang lain. Sebagaimana dijelaskan Sutanto
Reksohadiprojo M. Kom dalam bukunya Dasar-dasar Manajemen, yang dimaksud dengan
manajemen adalah suatu usaha untuk merencanakan, mengorganisir, mengarahkan,
mengkoordinir, serta mengawasi kegiatan dalam suatu organisasi agar tujuan dari
organisasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Sementara Henry Fayod
(1841-1925) dalam bukunya “administration
industry et general”, menuliskan beberapa prinsip dari manajemen, di
antaranya : 1. Pembagian kerja, 2. Kekuasaan & tanggung jawab, 3. Disiplin,
4. Kesatuan perintah/interuksi, 4. Mengedepankan kepentingan umun di atas kepentingan
pribadi, 5. Sentralisasi, 6. Hirarki/struktur organisasi, 7. Tata tertib, 8. Bertindak
adil, 9. Inisiatif, dan 10. Adanya Kerjasama yang baik.
Di samping manajeman,
fariabel terpenting dalam membangun dan mengembangkan sebuah komunitas atau
organisasi terletak kepada pemimpin dan gaya kepemimpinannya. Yang dimaksud Pemimpin
adalah seorang atau sekelompok orang yang di percaya dapat membawa suatu
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan, cita-cita dan kepentingan kelompoknya.
Sementara tugas dari pemimpin itu sendiri adalah dengan sarana dan prasarana
yang ada, mampu mengantarkan kelompok manusia tersebut mencapai tujuan,
cita-cita dan kepentingannya.
Selain itu, karakter dari
pemimpin itu sendiri sangat besar pengaruhnya dalam menentukan sukses atau
tidaknya, maju atau mundurnya sebuah komunitas atau organisasi. Untuk itu,
Nurhadi Purwo Saputro, M. Sc, menjelaskan syarat-syarat atau kriteria yang
harus dimiliki orang seorang pemimpin, kriteria itu di antaranya; Pertama.
Berakhlak mulia dan bertaqwa. Kenapa demikian?, karena “akhlak
sebagai pengendali”, sebab tingkah laku manusia adalah cerminan bagi kondisi
jiwanya, jiwa yang berakhlak mencerminkan tingkah laku yang mulia, dan akan
tercermin terhadap pola kepemimpinannya. Selanjutnya “akhlak sebagai motivasi”.
Akhlak bersumber dari tata nilai, tata hidup seseorang, yang akan selalu
menjadi sumber cita-cita, harapan dan kebersamaan, maka akhlak akan menjadi
motivasi atau tenaga dorong dari setiap tanduk kepemimpinan seseorang.
Kedua. Mengetahui tujuan, kepentingan dan
cita-cita kelompok. Mengapa
orang berkelompok atau berorganisasi ?????., Lebih dari satu orang bergabung karena
kesamaan kepentingan, merupakan kumpulan senasib setujuan, mereka akan berusaha
mencapai kepentingan bersamanya, dalam suatu wadah yang di sebut organisasi.
Satu keluarga mempunyai tujuan, membangun sebuah keluarga yang sakinah,
mawwadah dan warahmah. Sejumlah manusia mempunyai cita-cita politik yang sama,
membangun partai politik untuk merealisasikan cita-citanya. Lalu bagaimana upaya
mencapai tujuan?. Sejumlah orang yang berkelompok & berorganisasi akan
mengorganisir diri, membuat program sebagai upaya mencapai cita-cita bersama.
Dan pemimpin yang mereka angkat harus tahu dan paham betul tentang tujuan dan
cita-cita kelompok tersebut.
Ketiga. Memiliki wibawa atas kelompok yang
dipimpinnya. Wibawa adalah pengaruh pribadi &
kejiwaan seseorang terhadap orang lain yang dapat membangkitkan sikap simpati,
kesetiaan, kepatuhan, dan kebanggan terhadap orang tersebut. “Wibawa sebagai power”; wibawa
merupakan sebuah kekuatan yang dimiliki seseorang, pengaruhnya luar biasa
terhadap orang lain karena yang disentuh adalah jiwanya. Pengaruh wibawa akan
memuncak pada kondisi karisma yang dimiliki seseorang. Siapapun yang tersentuh
akan wibawa atau karisma seseorang, maka dia akan secara suka rela melakukan
sesuatu untuknya.
Keempat. Memiliki kemampuan fisik, mental dan
ilmu pengetahuan. Kekuatan
fisik- seorang
pemimpin harus memiliki fisik yang fit dan sehat serta memiliki daya tahan
tubuh yang tinggi. Kekuatan Mental- memimpin organisasi
tidaklah selalu gampang, banyak masalah yang timbul dan harus di atasi untuk
menuju cita-cita organisasi. Setiap persoalan ekstern dan intern yang muncul,
menuntut mentalitas yang kuat bagi seorang pemimpin organisasi. Ilmu Pengetahuan- sebagai tingkat
wawasan seseorang, seorang pemimpin yang berpengatahuan luas akan memiliki
pengalaman serta wawasan yang luas.
Kelima. Hanya bekerja untuk kepentingan
bersama. Seorang pemimpin adalah mereka yang mampu menomor
duakan kepentingan dirinya sendiri, karena dalam kapasitasnya sebagai pemimpin,
ia hanya berpikir dan berkarya untuk kepentingan bersama. Seorang pemimpin,
mereka tidak pernah berharap keuntungan dari posisinya sebagai seorang
pemimpin.
Keenam. Mampu melakukan problem solving dengan
cepat dan tepat. Ketujuh. Mampu
berpikir strategis. Cita-cita atau kepentingan hidup bersama
bersifat multikompleks, berjangka jauh. Sehingga seorang pemimpin harus
berpikir secara strategis, berpikir tiga dimensi waktu, mengaitkan kondisi apa
yang di hayati pada waktu ini dengan latar belakangnya. Kedelapan. Mampu mengambil
keputusan yang bijak. Kesembilan. Menguasai
ilmu dan sistem manajeman. Sepuluh. Mampu
memimpin secara demokratis dan Mampu mengaplikasikan pengetahuan tentang human
relation.
Semanggi, Oktober 2012
Pemimpin juga harus memiliki visi yang dishare dan disupport oleh pengikut atau bawahannya. Nice post bro :).
ReplyDeleteFuadinotkamal: SIAP Bang
ReplyDelete