Sejarah Kesultanan Malaka
Para ahli sejarah, berbedapendapat tentang kapan
Malaka lahir, Tom Piers, seorang penulis Portugis, yang tinggal di Malaka tahun
1512-1515, memberitakan bahwa Malaka telah dibuka lebih kurang seratus tahun
sebelum Malaka ditaklukan oleh bangsanya (Darmawijaya, 2010. 07). Kesultanan Malaka didirikan oleh Prameswara, ia adalah anak raja Palembang dari dinasti Syailendra yang terlibat dalam peperangan merebut kekuasaan Majapahit. Ia
berhasil meloloskan diri dari serangan Majapahit pada 1377 dan berlindung di
Tumasik. Nama tua singapura yang pada waktu itu di bawah kekuasaan Siam.
Di sana
Prameswara membunuh Temagi sebagai penguasa setempat dan kemudian melantik
dirinya menjadi penguasa yang baru. Karena takut dengan ancaman Siam,
Prameswara mencari tempat perlindungan yang aman, yang akhirnya sampai di
Malaka tahun 1400-an. Pada masa itu Malaka sebuah kampong kecil dan terpencil.
Penduduknya terdiri dari bajak laut dan penangkap ikan. Malaka memberikan rasa
aman bagi Prameswara dari ancaman Siam. (M.C. Ricklefs, 1998. 28)
Kemudian,
Prameswara di Malaka menemukan pelabuhan yang baik yang dapat disinggahi
kapal-kapal di segala musim, yang terletak di bagian selat Malaka. Prameswara
mulai membangun Malaka, dengan cepat Malaka menjadi pemukima yang besar. Dalam
waktu yang singkat, Prameswara berhasil membangun Malaka menjadi suatu
pelabuhan internasional yang besar. Malaka dapat menguasai jalur trayek
perdagangan yang paling menentukkan dalam sistem perdagangan internasional yang
membentang dari Cina dan Maluku di Timur sampai Afrika dan laut tengah di
Barat. (DGE. Hall, 1988. 187)
Malaka abad
ke-15 merupakan Bandar niaga terbesar di Asia Tenggara. Dari Malaka perdagangan
dihubungkan dengan jalur-jalur yang membentang ke Barat sampai ke India,
Persia, Arabia, Syiiria, Afrika Timur, dan laut Tengah. Pada mulanya Prameswara
adalah seorang raja yang beragama Hindu-Budha, kemudian pada masa akhir
pemerintahannya, ia masuk Islam dengan memakai nama Sultan Iskandar Syah.
Prameswara masuk Islam tahun 1414, setelah mendapat seruan dakwah dari seorang
ulama yang dating dari Jeddah, Arab Saudi. Tidak hanya itu, setelah masuk
Islam, Prameswara menikahi puteri dari kesultanan Pasai. Pernikahan ini semakin
memperkuat posisi Malaka sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia
Tenggara.
Prameswara
wafat pada tahun 1424, jabatannya sebagai sultan Malaka digantikan oleh Raja
Tengah alias Muhammad Syah, memerintah pada tahun 1424-1444. Muhammad Syah adalah raja Malaka yang memakai
gelar Sri Maharaja, sedangkan corak pemerintahannya sangat otoriter,
kata-katanya adalah undang-undang dan kekuasannya adalah mutlak. Pada tahun
1444, Sri Maharaja mangkat dan kemudian terjadilah pertikaian antara dua putera
mahkota, yaitu Raja Ibrahim sebagai putera bungsu keturunan Melayu, dan Raja
Kasim sebagai putera sulung keturunan Tamil. Pertikaian ini berlangsung cukup
alot, berlangsung selama dua tahun, dan akhirnya dimenangkan oleh Raja Kasim.
Setelah diangkat menjadi Sultan, Raja kasim digelar Sultan Muzaffar Syah yang
memerintah tahun 1446-1456. (Darmawijaya, 2010. 10)
Di bawah
pemerintahan Sultan Muzaffar Syah, syiar-syiar Islam mendapat tempat yang baik
dan mengembangkan Malaka kearah yang lebih baik. Pada masa pemerintahannya,
wilayah kekuasaan Malaka sampai di Dinding, Selangor, Muar, Singapura, Banten
dan Pahang. Tidak hanya itu, sultan muzaffar Syah juga berhasil menguasai dua
pantai yang ada di selat Malaka. Dalam hal penyebaran dan pengembangan Islam,
Sultan Muzaffar Syah mengirim para Mubaligh dari Malaka ke negeri-negeri yang
dikuasai oleh Malaka untuk menyebarkan Islam.
(DGE. Hall, 1988. 192)
Kemudian
sultan Muzaffar Syah wafat, tahta kerajaannya digantikan oleh puteranya yaitu Raja
Abdullah. Setelah dilantik, Raja Abdullah diberi gelar Sultan Mansyur Syah yang
memerintah pada tahun 1456-1477 (Darmawijaya, 2010. 12). Pada masa pemerintahan
Sultan Mansyur Syah yang dibantu oleh bendahara Tun Perak dan laksamana Hang
Tuah, kesultanan Malaka mengalami kejayaannya. Sultan Mansyur Syah dapat
menguasai Pahang, kerajaan-kerajaan kecil di Sumatera, Kampar, Siak, dan Rokan
untuk ditaklukan dan di Islamkan. Selain wilayah-wilayah itu, Kelantan dan
trengganu juga dapat ditaklukan, ia juga membangun hubungan persahabatan dengan
kesultanan Samudra Pasai dan Kerajaan Hindu Majapahit, serta membangun hubungan
diplomatik dengan Cina.
Pada masa
pemerintahan Sultan Mansyur Syah inilah, ksultanan Malaka memiliki hubungan
dagang yang baik dengan Arab, India, Persia, Siam, Cina dan Majapahit. Hubungan
luar negeri yang luas inilah menyebabkan Malaka tumbuh sebagai “Bandar Niaga
Transito” terbesar di Asia Tenggara. Bandar Niaga Malaka juga diramaikan oleh
para pedagang yang dating dari Jawa dan beberapa daerah Asia Tenggara lainnya.
(Harun Nasution, 2002. 695) Malaka juga merupakan pusat penyebaran Islam di
Asia Tenggara, di Malaka para pedagang Islam dari Arab, India, Persia tidak
hanya melakukan aktivitas dagang, tetapi juga menyebarkan Islam kepada para
pedagang yang ada di Malaka (Darmawijaya, 2010. 13)
Setelah Sultan
Mansyur Syah wafat pada 1477, kemudian tahta kerajaannya digantikan oleh
puteranya, Raja Husin. Setelah menjabat, Raja Husin diberi gelar Sultan
Alauddin Riayat Syah, memerintah tahun 1477-1488. Raja Husin merupakan pemimpin
yang tegas dan pemberani. Pada masa
pemerintahannya, Malaka semakin makmur, kemudian menerapkan syari’at Islam
tentang hukum potong tangan bagi mereka yang terbukti melakukan pencurian.
Sulthan Alauddin Riayat Syah wafat ketika ia sedang sibuk mempersiapkan
persediaan untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci (DGE. Hall, 1988. 54)
Dengan
wafatnya sultan Alauddin Riayat Syah, maka kursi pemerintahan digantikan oleh
Sultan Mahmud Syah yang memerintah pada tahun 1488-1511. Sultan Mahmud Syah
adalah sultan terakhir yang menjabat di Malaka, sebelum Malaka jatuh ketangan
Portugis. Sewaktu diangkat menjad Sultan, Mahmud Syah masih sangat kecil, dan
hal ini membawa dampak yang kurang baik
pada stabilitas kesultanan Malaka. Dalam mengelola pemerintahan, sultan
yang masih kecil itu dibantu oleh bendahara, laksamana dan para pembesar
kesultanan.
Pada masa
pemerintahannya, kesultanan Malaka mulai memperlihatkan kemundurannya, yang
tidak lain disebabkan oleh meninggalnya Tun Perak sebagai bendahara kesultanan
Malaka yang berpengaruh. Tun Perak meninggal pada tahun 1489, dan jabatannya
digantikan oleh Tun Putih. Lain halnya dengan Tun Perak, Tun Putih tidak
memiliki karakter seperti Tun Perak. Tun Putih adalah seorang bendahara yan
lemah, angkuh, dan gemar melakukan kekayaan. Kondisi Malaka yang sedang
mengalami krisis kepemimpinan diperparah dengan adanya serbuan Portugis pada
tahun 1511.
Portugis di
bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque dating dari Goa, India dan menyerang
kesultanan malaka dan akhirnya Malaka sebagai pusat niaga dan pusat penyebaran
agama Islam terbesar di Asia Tenggara berhasil ditaklukan oleh Portugis. Dalam
perang melawan Portugis, sultan Mahmud Syah berhasil menyelamatkan diri ke
Pahang, kemudian ke Johor, lalu ke Bitan. Akhirnya pada tahun 1529, sultan
Mahmud Syah wafat dalam pelarian di Kampar, Riau. (Harun Nasution, 2002. 58)
Setelah
jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, maka para pedagang dan para mubaligh Islam yang
ada di Malaka segera keluar dari Malaka, dan menjadikan daerah seperti
Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Kepulauan Maluku sebagai pusat-pusat niaga
dan penyebaran Islam yang baru di Nusantara. Jadi Aceh, Banten, dan Makassar
merupakan Bandar niaga Muslim yang lahir setelah jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis. Di Bandar-bandar baru itu lahir pula berbagai kesultanan Islam di
Nusantara. Abad ke-16 adalah abad lahirnya berbagai kesultanan Islam di
Nusantara. (Daarmawijaya, 2010. 17)
Kehidupan
Politik, Sosial, Ekonomi dan Budaya
Dalam menjalankan dan penyelenggaraan kehidupan
politik bernegara, ternyata peran sulthan menganut faham politik hidup
berdampingan secara damai (Co-Existence
Policy) yang dijalankan secara efektif, politik hidup berdampingan secara
damai dilakukan melalui hubungan diplomatik dan ikatan perkawinan. Politik ini
dilakukan untuk menjaga keamanan internal dan eksternal Malaka. Karena dua
kerajaan besar yang harus di waspadai kala itu adalah Cina dan Majapahit,
Malaka kemudian menjalin hubungan damai dengan kedua kerajaan besar ini.
Pada beberapa literatur sejarah dituliskan bahwa
pada tahun 1405, seorang duta Cina “Cheng Ho”, dating ke Malaka untuk
mempertegas kembali pesahabatan Cina dengan Malaka. Dengan demikian,
kerajaan-kerajaan lain tidak berani menyerang Malaka. Penerapan politik
bertetangga yang baik ini, peran laksamana Malaka “Hang Tuah” sangatlah besar.
Laksamana yang kebesaran namanya dapat disamakan dengan Gajah Mada atau
Adityawarman, adalah tangan kanan Kesultanan Malaka yang sering dikirim keluar
negeri untuk mengemban tugas kerajaan, karena ia menguasai bahasa Keling, Siam
dan Cina. (idb2.wikispace.com)
Sementara dalam hal ekonomi, kesultanan Malaka
memungut pajak penjualan, bea-cukai barang-barang yang masuk dan keluar, yang
banyak memasukan uang ke kas Negara. Raja maupun para pejabat penting
memperoleh upeti, atau persembahan dari pedagang yang dapatt menjadikan meraka
kaya. Selanjutnya dalam bidang sosial, kehidupan yang dipengaruhi oleh faktor
letak, keadaan alam dan lingkungan wilayah-Nya sebagai masyarakat maritim,
hubungan sosial masyarakatnya sangatlah kurang dan bahkan cenderung mengarah ke
sifat-sifat individualisme.
Dalam bidang kebudayaan, dari perkembangan seni
Sastra Melayu muncul beberapa hasil karya sastra yang menggambarkan
kepahlawanan dan keperkasaan tokoh-tokoh pendamping kerajaan Malaka dalam
melaksanakan roda pemerintahannya. Sementara dalam versi yang lain, tokoh-tokoh
yang dianggap sebagai pahlawan dari kerajaan Malaka pada masa kejayaannya
adalah Hang Tuah, Hang Lekir dan Hang Jebat.
Daftar Bacaan.
Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2010
Hall, D.G.E. Sejarah Asia Tenggara, Surabaya: Usaha Nasional, 1988
Http://idb2.wikispace.com-fileviewmn2008.pdf
Nasution, Harun. Dkk., Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta:
Djambatan, 2002
Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta:
UGM Press, 1998
No comments:
Post a Comment