Sistem syaraf
merupakan system kordinasi atau system control yang bertugas menerima
rangsangan, menghantarkan rangsangan ke semua bagian tubuh dan sekaligus
memberikan tanggapan terhadap rangsangan tersebut. Dengan demikian system
ayaraf merupakan jaringan komunikasi yang terdapat di dalam tubuh. System
syaraf organ dalam tubuh yan terdiri atas struktur jaringan serabut syaraf yang
sangat halus terpusat di susunan syaraf pusat (central nervis). Sel syaraf atau
neuron dipandang sebagai unit kerja yang sangat penting pada system syaraf
pusat dan tepi. (Linda, L. Davidof. 1986, 140)
System syaraf
manusia terdiri dari system syaraf sadar dan system syaraf tidak sadar
(otonom). System syaraf sadar terdiri atas system syaraf pusat dan system
syaraf tepi, hal ini sama dengan system syaraf pusat. Sayaraf pusat terdiri
dari otak, dan sum-sum tulang belakang yang berfungsi sebagai pusat pengaturan.
Sedangkan syaraf tepi terdiri atas serabut syaraf otak dan serabut syaraf
sum-sum yang berfungsi menyampaikan informasi dari dan ke pusat. System syaraf
tak sadar (otonom) terdiri atas system syaraf simpatik dan parasimpatik.
(hartono, 1999. 115).
System syaraf
pusat berfungsi untuk mengkoordinasi perilaku. Perilaku yang kompleks di
koordinasi oleh otak, sedangkan yang lebih sederhana di koordinasikan oleh
sum-sum tulang belakang. System syaraf tepi tidak memiliki fungsi koordinasi,
akan tetapi tugas utamanya adalah menyalurkan rangsangan-rangsangan yang
diterima baik dari dalam maupun luar tubuh ke system syaraf pusat. Sel-sel
syaraf yang mengantar impuls dari system tepi ke pusat di sebut afferent.
Sel syaraf
terdiri atas kortek serebal, talamus, system limbik, serebrum, dan formasi
retikulasi. Kelima sel syaraf tersebut mempunyai fungsinya masing-masing, di
antaranya; Korteks Serebral, korteks ini merupakan kemampuan yang luar biasa
kepada manusia untuk memproses informasi. Talamus, berfungsi untuk meneruskan
informasi sensorik kepada zone sensorik utama di dalam korteks. Sementara
Sistem Limbik berfungsi mengungkap motivasi, kemudian emosi yang dikenal degan
system yang memegang peranan dalam rasa lapar, haus, ngantuk, seks, agresi
ketakutan dan kepatuhan. Serebrum berfungsi menerima informasi diseluruh tubuh
yang berasal dari ratusan reseptor sensorik, sama sperti korteks, akan tetapi
informasi yang diterima oleh serebrum ini berjalan tanpa kita sadari yang
biasanya berhubungan dengan keseimbangan tubuh, gerak tubuh, dan posisi tubuh
manusia. Sementara Formasi Retikulasi berfungsi mengaktifkan dan membuat
korteks waspada, merupakan suatu jaringan kerja yang kokoh dari badan sel.
(Akyas Azhari, 2004. 82-84)
Kemudian masuk
kedalam pembahasan mengenai otak, otak memiliki kurang lebih 10 milyar sel
syaraf atau 90 % dari seluruh syaraf yang ada pada tubuh manusia. Otak
merupakan pusat pengelolaan segala hal yang kita pikirkan, rasakan, dan
lakukan. Otak sebagai pusat ayaraf sadar di bagi kedalam tiga bagian, yaitu: Pertama, Otak Depan (Forebrain) yang
menjadi bagian terbesar dari otak, otak depan terdiri atas dua bagian, yaitu
“serebrum” dan “diensefalon”. Serebrum sebagai penerima sensasi dari
penginderaan, sedangkan diensefalon terdiri atas dua bagian yaitu “hipotalamus”
merupakan pusat pengaturan sensori, dan “thalamus” yang merupakan pengaturan
sushu, selera makan, keseimbangan cairan tubuh, dan menumbuhkan sikap agresif. Kedua, Otak Tengah (Midbrain), adalah
lobus optic yang merupakan pusat dari reflek mata dan pendengaran, misalnya
refleks penyempitan pupil mata. Ketiga, Otak
Belakang (Kindbrain), merupakan pusat keseimbangan otot dan koordinasi otot. (Akyas
Azhari, 2004. -84-85)
Berbagai
penelitian telah menunjukkan bahwa kesadaran tidak di atur di korteks melainkan
di ensefalon (otak tengah), di bagian ini terdapat bagian atau banyak kumpulan
sel syarafaf yang berbentuk bulat telur yang disebut thalamus. Semenstara hypothalamus mengendalikan banyak
fungsi penting yang sering disebut dengan pertahanan tubuh, gannguan pada
fungsi ini meyebabkan pada kematian, karena tidak dapat mengatur dirinya
sendiri. Kerusakan pada bagian serebrum akan meyebabkan kesukaran untuk
melakukan gerakan-gerakan kuat, terarah dan mantap. Seperti kesulitan untuk
menggapai suatu benda dan gemetar ketika memegang atau melakukan sesuatu pada
orang yang berusia lanjut. (Linda, L. Davidof, 1986. 159)
Jika otak
depan di mana terdapat pusat pengindera mengalami kerusakan, maka akan
mengalkami gangguan pada indera seperti kebutaan, ketulian, dan lain-lain.
Daerah di antara bagian tengah dan belakang otak merupakan pusat perkembangan
kecerdasan, ingatan, kemauan, dan sikap. Jika mengalami kerusakan akan
mengakibatkan hilangnya daya ingat. Semua aktivitas manusia di control dan
dikendalikan oleh otak, setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia akan
meninggalkan bekasnya yang berupa pengalaman pada sel otak, penalaman ini akan
tercatat dan terekam pada sel-sel otak, dengan cara esensinya yang sampai
sekarang belum diketahui oleh ilmu pengetahuan.
Maka ataas
dasar itu kita dapat menafsirka ayat-ayat al- Qur’an yang mneyatakan bahwa
semua panca indera kita akan menjadi saksi di akhirat. Mungkin juga ada alat
lain yang di gunakan Allah untuk merekam dan mencatat semua ucapan dan tindakan
yang saah satunya terdapat pada sel-sel otak kita, seperti firman Allah, dan
ingatlah hari ketika musuh-musuh Allah digirin ke neraka itu, lalu merka
dikumpulkan semuanya; sehingga apabila mereka sampai keneraka, pendengaran
penglihtan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang
mereka pekerjakan (QS. Fushilat, 41. 19-20) dan tentang otak dan indera allah
SWT perfirman, pada hari ketika lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi
atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan (Annur 24.24.) bahkan pada
ayat yang lain allahmenegaskan pula tentang fungsi alat indera,pada hari ini,
kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi
kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan (yassin, 36. 65)
Kognisi adalah
tingkah laku yang berupa mengenali lingkungan seperti seseorag mempelajari
lingkungannya, dengan melakukan observasi, mengintai, dan mengasosiasikan
sesuatu yang dilihatnya kepada pengamatan yang dijumpainya. Sifat kognitif
lebih menekankan pada kegiatan mengingat sebagai proses psikologi. Proses
menghubungkannya yang juga tercakup dalam sautu situasi tes pengetahuan
mengharuskan pengorganisasian suatu masalah dengan masalah ini, sehingga proses
ini dapat memancing munculnya pengetahuan yang tersimpan.
No comments:
Post a Comment