MODERNISASI PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN TERPADU DARUL ‘AMAL
Lembaga
pendidikan Islam di Indonesia (pesantren) telah mengalami banyak pembaharuan
dan perkembangan. Dalam perkembangannya pondok
pesantren terdiri atas beberapa tipologi: 1). Salafiyah (Tradisional), 2).
Khalafiyah (Modern), 3). Semi Salafiyah dan 4). Pesantren
Terpadu, yakni adanya keterpaduan segala aspek, baik keterpaduan visi, misi,
program, dan prasarana, kurikulum, manajerial, teknik pengajaran serta teknik
evaluasi dalam penyelenggaraan pendidikan pesantren.
Pondok pesantren
Terpadu Darul’Amal, dalam pelaksanaan pendidikannya menggunakan sistem
pendidikan terpadu. Sistem pendidikan modern di pondok pesantren terpadu Darul
’Amal dapat dilihat dari beberapa hal;
Dari segi kurikulum
yang dipakai adalah perpaduan (integrasi) antara kurikulum Diknas dan
kurikulum pesantren. Dalam pelaksanaannya kurikulum diknas dipakai secara
keseluruhan, kurikulum pesantren meliputi dasar-dasar keislaman, dan al-Qur’an.
Untuk kegiatan
ekstrakurikuler santri dituntut untuk mengikuti segala jenis kegiatan yang
sudah ada. Adanya keterpaduan sistem, yaitu keterpaduan segala aspek, baik
keterpaduan visi, misi, program, dan prasarana, kurikulum, manajerial, teknik
pengajaran serta teknik evaluasi dalam penyelenggaraan pendidikan pesantren
untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dalam penyampaian
materi pembelajaran tidak ada dikotomi antara mata pelajaran umum dan mata
pelajaran agama, karena di sekolah ini setiap guru yang mengajar pelajaran umum
harus menyampaikan nilai-nilai keislaman yang terkandung didalamnya dan begitu
juga sebaliknya apabila seorang guru mengajar pelajaran keagamaan ia harus
memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Karena para guru bukan dituntut
untuk transfer ilmu pengetahuan saja tetapi mereka dituntut untuk transfer
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Pondok Pesantren
Terpadu Darul ’Amal ini mengunakan sistem boarding school yaitu setiap santri
harus tinggal di asrama, mereka dididik, dibina, dan diasuh secara kekeluargaan
sehingga dengan sistem ini santri memiliki budaya sekolah yang religius, yang
mencerminkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang Masalah
Misi awal didirikannya pesantren yakni
menyebarluaskan informasi ajaran universalitas keseluruh pelosok nusantara yang
berbentuk pluralis. Baik dalam dimensi kepercayaan, budaya maupun kondisi
sosial masyarakat, sehingga pada gilirannya mereka siap menghadapi segala
tantangan kehidupan.[1]Pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman,
tapi juga mengandung makna Indigenous (keaslian Indonesia).
Pesantren
sudah dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka, bahkan sejak Islam masuk ke
Indonesia, pesantren terus berkembang sesuai dengan perkembangan dunia
pendidikan pada umumnya.
Model pendidikan pesantren yang berkembang
di seluruh Indonesia mempunyai nama dan corak yang sangat bervariasi, di Jawa
disebut pondok atau pesantren, di Aceh di kenal rangkang dan di Sumatra Barat
dikenal dengan nama Surau. Nama yang sekarang lazim diterima oleh umum adalah
pondok pesantren.
Pesantren
sebagai komunitas dan sebagai lembaga pendidikan yang besar jumlahnya dan luas
penyebarannya di berbagai plosok tanah air telah banyak memberikan peran dalam
membentuk manusia Indonesia yang religius. Lembaga tersebut telah melahirkan
banyak kepemimpinan bangsa Indonesia di masa lalu, kini dan agaknya juga di
masa datang. Lulusan pesantren telah memberikan partisipasi aktif dalam
pembangunan bangsa.
Sebagai mana
telah kita ketahui bahwa, ada dua sistem pendidikan pondok pesantren yang
eksistensinya sangat nampak di Indonesia. Yaitu sistem pondok pesantren modern
dan tradisional. Pondok pesantren salaf (tradisional) yaitu lembaga
pesantren yang masih tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik sebagai
inti pendidikannya atau pesantren yang biasa dikenal dengan sebutan pesantren
tradisional yang diasumsikan belum tersentuh oleh arus modernitas, baik dari
sisi model pembelajarannya maupun kurikulum pendidikannya. Sedangkan pondok
pesantren khalaf (modern) yaitu lembaga yang secara sederhana dimaknai
dengan pesantren yang telah memasukan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah
yang telah dikembangkan. Keduanya sama-sama bertujuan untuk menciptakan bangsa
yang cerdas dan berakal budi dengan berlandaskan ketakwaan dan keimanan, meski
keduanya memiliki kecenderungan sifat yang berbeda. Dalam mewujudkan sistem
pendidikan Islam yang berupaya memadukan antara keduanya, yaitu dengan
mengambil perangkat positif dari masing-masing kedua sistem pendidikan itu.
Perpaduan bentuk institusi pendidikan itu melahirkan sistem pendidikan Islam
yang komprehensif, tidak hanya menekankan penguasaan terhadap khazanah
keilmuan Islam klasik tetapi juga mempunyai integritas dari keduanya, selain
itu juga dalam upaya memoderenisasikan pendidikan Islam.[2]
Wahana
pesantren yang sejak awal dikenal dengan sebagai lembaga yang representatif
dalam mengakomodir kebutuhan masyarakat ini ternyata mempunyai kelemahan
diberbagai aspek, diantara kelemahan itu misalnya kurang adanya improvisasi
metodologi, sehingga yang terjadi proses tranmisi yang dilakukan hanya akan
melahirkan penumpukan keilmuan yang menurut Thalhah Hasan akan memberikan
dampak pada lemahnya kreativitas.[3]
Opini-opini
ini kemudian mengantarkan lembaga keagamaan ini kepada permaslahan yang
dilematis, yaitu antara keharusan mempertahankan jati dirinya dan karakteristik
sebagai institusi yang sarat dengan nuansa agamis, juga keharusan menyerap dan
memfilter budaya baru yang datang dari luar pesantren.[4]
Dalam konteks
ini, di kalangan pesantren pada dasawarsa terakhir sebenarnya telah muncul
kesadaran untuk mengambil langkah-langkah tertentu guna meningkatkan kualitas
SDM yang menjawab tantangan dan kebutuhan transformasi sosial. Dari sinilah timbul
berbagai eksperiman, baik dalam perubahan kurikulum pesantren yang lebih
berorientasi kepada kekinian, atau dalam bentuk kelembagaan baru semacam
pesantren pertanian atau sekolah umum dilingkungan pesantren dan sebagainya.[5]
Kenyataan
bahwa terjadi benturan peradaban yang sangat kuat, mengharuskan kita harus
bersikap arif dan bijaksana. Sebab mengingkari modernitas sebagai tantangan
kontemporer berarti mengingkari realitas yang terjadi di dunia ini. Agaknya
langkah yang arif adalah bahwa selain tetap mempertahankan nilai-nilai
tradisional yang punya akses langsung pada keteladanan Nabi Muhammad saw dan
para sahabatnya, kita juga jangan menutup diri dari peradaban modern. Sesungguhnya
dalam peradaban modern, Islamlahlah yang lebih siap menghadapi tantangan itu.
Begitu juga dalam tradisi Islam ada kaidah: “ al-muhafadzhah ‘ala al-qodim
ash shalih wa al-akhzdu bi al-jadid al ashlah” (mempertahankan nilai-nilai
lama dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik). Tampak dari kaidah ini
saja sebenarnya umat Islam dituntut untuk melakukan filterisasi atas dampak
nilai-nilai dari luar yang akan memasukinya. Dengan demikin, masalahnya
bergantug pada kesiapan kita dalam memahami segala tantangan yang muncul kapan
saja.
Azyumardi Azra
sebagaimana dikutip oleh Nurcholis Madjid bahwa, respon pesantren terhadap
moderenisasi pendidikan Islam dan perubahan-perubahan sosial ekonomi yang
berlangsung dalam masyarakat Indonesia sejak awal abad
20 mencakup pembaruan substansi pendidikan pesantren dengan memasukan sebyek-subyek umum dan kejuruan,
pembaruan metodologi, seperti sistem klasikal dan perjenjangan, pembaruan
kelembagaan, seperti kepemimpinan pesantren, diversifikasi lembaga pendidikan,
pembaruan fungsi, dari semula hanya fungsi pendidikan dikembangkan mencakup
fungsi sosial ekonomi.[6]
Proses
tersebut juga dialami pondok pesantren terpadu Darul
’Amal, dimana pesantren ini merupakan lembaga pendidikan agama Islam yang
dirintis oleh K. H. Dr. Umay Ja’far Siddiq, MA. Selajati, Sukabumi-Jawa Barat.
Dengan berjalannya proses seperti yang telah disebutkan di atas, pesantren ini
mampu menghadapi perubahan dan perkembangan moderenisasi dengan memadukan dua
unsur, yaitu memadukan sistem pendidikan tradisional dan sistem pendidikan
modern.
Menjadi sebuah
lembaga pendidikan unggulan yang berada jauh dari hingar bingar keramain kota
besar secara geografis, bukanlah suatu perkara yang mudah. Terlebih harus
bersaing dengan lembaga pendidikan yang sederajat yang bertebaran disetiap
tempat, pihak pondok pesantren perlu melakukan pengembangan kualitas dan
kuantitas program pendidikan.
Berdasarkan
uraian di atas penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan pendidikan modern
yang diterapkan oleh pondok pesantren terpadu
Darul ’Amal ke dalam sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul “MODERNISASI PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN TERPADU DARUL ‘AMAL (Studi
Kasus Pondok Pesantren
Terpadu Darul Amal)”.
B. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka identifikasi
masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren Darul ‘Amal.
2.
Bagaimana sistem
pendidikan modern di pondok pesantren Darul ‘Amal.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk
mempermudah penelitian, penulis akan membatasi kajian skripsi ini pada: Sistem
pendidikan modern yang dilaksanakan di pondok pesantren terpadu Darul ‘Amal.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penyusunan
laporan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dan juga
kepustakaan. Maksud dari metode deskriptif adalah suatu metode yang
menggambarkan keadaan atau kejadian pada saat melakukan observasi. Sedangkan
yang dimaksud dengan metode kepustakaan adalah Penulis menggunakan beberapa
sumber di dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh data tentang penelitian yang sedang dilakukan maka penulis
memerlukan tehnik pengumpulan data, agar data yang diperoleh mudah dianalisa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan prnulis adalah observasi dan wawancara (dengan
kepala sekolah atau pimpinan pesantren).
a.
Observasi
Yaitu tehnik
pengumpulan data dengan cara mengamati langsung ke objeknya. Hal ini dilakukan
untuk memperoleh data ynag obyektif, kemudian bahan yang diperoleh dapat
digunakan untuk menganalisa permasalahan yang ada. Adapun penulis melakukannya
dengan cara mengamati langsung obyek
di Pesantren Terpadu Darul Amal, Jampang Kulon,
Sukabumi, Jawa Barat.
b.
Wawancara
Yaitu tehnik
pengumpulan data dengan cara mengadakan komunikasi langsung dengan nara
sumbernya yaitu Ketua badan pengurus yayasan terpadu Darul ‘Amal dan Wakapes Kurikulum.
Metode ini
digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai latar belakang pondok pesantren terpadu Darul Amal, visi misi pesantren, sistem pendidikan
apa yang diterapkan di pesantren terpadu Darul Amal, Modernisasi kurikulum pendidikan
pondok pesantren terpadu Darul Amal dan perkembangan pesantren terpadu Darul Amal.
c. Interviwer
Untuk
mengetahi informasi dan data yang objektif, maka penulis mengadakan wawancara
dengan:
1. Kepala badan pengurus yayasan pesantren terpadu Darul ‘Amal
2. Wakapes Kurikulum
E. Manfaat dan Tujuan penelitian
Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1.
Mengetahui kondisi objektif pondok pesantren terpadu Darul
Amal dalam era modern dalam segi sistem pendidikannya.
2.
Mengetahui modernisasi pendidikan pondok pesantren
Terpadu Darul Amal
Manfaat
penulisan skripsi adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan peran pondok pesanten terpadu Darul
Amal di era modern
2.
Memberikan kontribusi pemikiran terhadap pondok pesantren
terpadu Darul
Amal dalam menyikapi perkembangan modern terutama dalam hal pendidikan.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab yang memuat beberapa sub bab. Adapun
unuk memudahkan dalam penulisannya, penulis menggunakan sistematika sebagai
berikut:
BABI
BABII :
BAB II
|
Adalah bab
pendahuluan yang terdiridari latar belakang masalah, permasalahan (pembatasan
dan perumusan masalah), metodologi penelitian, manfaat dan tujuan penelitian
dan sistematika penulisan.
Adalah bab
mengenai pendidikan pondok pesantren, pendidikan Islam, pengertian sistem
pendidikan dan pengertian pondok pesantren, pengertian pondok pesantren modern, pengaruh moderenisasi Islam terhadap
sistem pendidikan pesantren, respon pesantren
terhadap modernisasi pendidikan pesantren
Adalah bab
mengenai metodologi penelitian, deskripsi objek penelitian, tempat dan waktu
penelitian, metode penelitian, tahap-tahap penelitian, proses pencatatan dan
analisa data.
|
||
BAB IV
|
Adalah bab
tentang hasil penelitian; Gambaran umum pondok pesantren terpadu Darul ’Amal,
modernisasi pendidikan di pondok pesantren terpadu Darul ’Amal sukabumi,
struktur kepengurusan pondok pesantren, profil guru, profil santri dan
Analisa data.
|
||
BAB V
|
Adalah merupakan
bab penutup dari penulisan skripsi ini yang berisi kesimpulan dan saran.
|
||
Sistem
Pendidikan Islam (Yogyakarta, 2004). cet. I. h. 8
(Jakarta:
Yayasan Islam al-Hamidiyah dan Yayasan Saefudin Zuhri, 1998). cet. I. h. 140
No comments:
Post a Comment