Tentang Pengetahuan dan Ukuran
Kebenaran. Banyak definisi yang dikemukan para ahli, salah satu diantaranya
yang menyatakan: pengetahuan adalah kebenaran. Disepakati bahwa ada empat macam
pengetahuan yaitu pengetahuan biasa (common sense), pengetahuan ilmu
(pengetahuan common sense yang terorganisasi dan sistematis) dan pengetahuan
filsafat serta pengetahuan agama.
Secara teoritis hakikat
pengetahuan dapat diperoleh melalui dua pandangan yaitu pandangan realisme
dan idealisme. Pengetahuan menurut pandangan realisme adalah gambaran
atau copy dari yang sebenarnya ada dalam alam nyata, artinya pengetahuan adalah
benar dan tepat jika sesuai dengan kenyataannya, sementara ajaran idealisme
menegaskan bahwa pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah
mustahil, pengetahuan adalah sebuah proses mental/psikologis yang bersifat subjektif.
Ada tiga sumber pengetahuan yaitu
secara empiris yaitu melalui pengalaman. John Locke adalah bapak empirisme
dengan teori tabularasanya. Kelemahan dari teori ini terletak pada
kelemahan/keterbatasan indera sebagai pengumpul pengalaman. Teori yang kedua
adalah rasionalisme yang lebih mengutamakan pada kemampuan akal sebagai dasar
kepastian pengetahuan.
Pengetahuan yang benar diperoleh
dan diukur dengan akal melalui kegiatan menangkap obyek. Intuisi adalah salah
satu sumber pengetahuan yang merupakan hasil dari evolusi pemahaman yang
tertinggi, demikian yang dikatakan oleh Henry Bergson. Sumber pengetahuan
tertinggi adalah wahyu yang merupakan penyampaian pengetahuan langsung dari
Allah Swt melalui nabi dan rasul-Nya tanpa upaya, tanpa bersusah payah dan
tanpa memerlukan waktu untuk mendapatkannya. Pengetahuan para nabi dan rasul terjadi
atas kehendak Allah Swt dengan mensucikan jiwa mereka dan diterangkan-Nya jiwa
mereka untuk memperoleh kebenaran melalui wahyu.
Berpikir adalah suatu proses
untuk memperoleh kebenaran, namun kebenaran yang didapat adalah kebenaran yang
bersifat relatif. Karena sifat relatifnya itulah maka dibuat kategori kebenaran
dalam tiga jenis yaitu, kebenaran epistemologis, kebenaran ontologis
dan kebenaran semantis. Kebenaran epistemologis adalah kebenaran yang
berhubungan dengan pengetahuan manusia, kebenaran dalam ontologis adalah
kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada
atau diadakan dan kebenaran semantis adalah kebenaran yang terdapat dan melekat
dalam tutur kata dan bahasa.
Kebenaran ontologis dan semantis
sudah tercakup di dalam kebenaran epistemologis. Ada empat teori yang
menjelaskan tentang kebenaran epistemologi yaitu yang pertama adalah teori
korespondensi yang menyatakan bahwa kebenaran adalah kemanunggalan antara
subyek (esensi yang di berikan) dengan obyek (esensi yang melekat pada objeknya).
Kedua adalah teori koherensi yang menyatakan bahwa kebenaran ditegakkan atas
hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan sebelumnya yang telah
diketahui dan diakui kebenarannya terlebih dahulu.
Disebut koheren jika memenuhi
empat syarat penegrtian yang bersifat psikologis, logis, kepastian dan
keyakinan tidak dapat dikoreksi dan kepastian yang digunakan dalam pembicaraan
umum. Teori kebenaran yang ketiga adalah pragmatisme kebenaran yang menyatakan
bahwa benar tidaknya sesuatu ucapan, dalil semata-mata bergantung pada azas
manfaat (bersifat fungsional bagi manusia) dan teori terakhir adalah agama
sebagai teori kebenaran. Dalam teori ini sesuatu dinyatakan benar apabila
sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.
No comments:
Post a Comment