Membentuk Karakter Dalam Pendidikan Agama Islam
Setiap muslim, baik seorang awam, ulama, guru, pejabat Negara dan sebagainya, hendaklah senantiasa berada didalam nilai-nilai agama yang dianutnya. Rasa tentram dan damai akan hadir berkat keberadaannya didalam kebenaran nilai-nilai agama yang dipahaminya ketika itu, sedangkan problem hidup yang dihadapinya dapat diselesaikan dengan mengikuti petunjuk Allah Swt. Sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an (surat Yunus ayat 57):
"Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman."
Subtansi gambaran dari ayat diatas, secara nyata memberikan pemahaman dan penyadaran kepada kita akan nilai-nilai dan peneguhan hati, selanjutnya dalam ayat lain (Q.S. An Nahl: 125) disebutkan juga tentang bagaimana melakukan cara pendekatan dalam penyampaian petunjuk Allah Swt. Antara lain:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Pada bagian akhir dari ayat ini secara jelas menggambarkan tentang filosofi pendidikan Islam, bahwa usaha mendidik itu tidak selalu berhasil walaupun telah dilakukan dengan jalan bijaksana dan penuh kesabaran, dengan hikmah berupa perkataan tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang bathil. Namun pada akhirnya segala bentuk ikhtiar tersebut dikembalikan lagi kepada tuhan yang menentukan keberhasilan seseorang.
Menyadari kenyataan yang demikian, maka guru atau para pejuang kemanusiaan yang mengajak kepada jalan Tuhan, hendaklah mempunyai sikap dan kepribadian yang kuat, sadar akan dirinya, demokratis, dan berlapang dada dalam menjalankan segenap ikhtiarnya memancarkan nilai-nilai Tuhan di muka bumi. Adapun ayat al-Qur'an yang menunjukkan sikap kepribadian demikian juga dapat dilihat pada surat al-Insyirah 7-8:
Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada tuhanmulah kamu berharap.
Peran Guru Dalam Membina Pendidikan Agama
Dalam konsepsi Islam guru dikenal sebagai penyambung lidah Rasul, karena mereka adalah orang-orang yang terpanggil dan bertugas menyampaikan ajaran agama untuk mencerdaskan umat manusia. Merekalah pewaris para nabi sebagaimana termaktub dalan hadits al'ulama'u warosatul anbiya. Sebagai para pewaris nabi yang menyambung dan melestarikan ajaran agama. Merekapun adalah orang-orang yang tergerak jiwanya dalam membawa umat kejalan yang baik dan berbuat kebajikan. Mengenai hal ini, al-Qur'an menyatakan dalam surat al-Imran ayat 104:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.
Dari ayat al-Qur'an dan hadits tersebut telihat kedudukan itu bukan hanya sekedar pengajar yang dibayar melainkan juga sebagai penyeru sekaligus pemimpin umat. Sesuai dengan konstelasi pengajaran dan pendidikan di negara Indonesia ini, setiap komponen yang terlibat dalam rangka tugas edukatif adalah guru, dan kepadanya dilekatkan predikat pendidik dan pengajar, mereka dituntut bekerja teratur, sistematis dan terampil.
Tuntutan akan perlunya guru yang cakap dan terampil, khususnya guru agama Islam, dikarenakan pemahaman kaum muslimin akan ajaran agama yang dianutnya. Peningkatan mutu pengetahuan dan pemahaman kaum muslimin akan ajaran agamanya memerlukan guru yang cakap dan bermutu serta lembaga-lembaga pendidikan yang teratur dan terorganisasi dengan baik.
Tegasnya tugas dan tanggungjawab guru dalam membina umat sangatlah berat dan oleh karena itu, guru agama perlu ditingkatkan kemampuannya. Kerapihan organisasi dan kemauan berdedikasi sangat dibutuhkan oleh para guru agama karena yang benar tanpa organisasi yang teratur akan dikalahkan oleh yang bathil dengan organisasi yang teratur (Ali Ibnu Abi Thalib).
No comments:
Post a Comment