Kepiawaian bertutur dimuka umum sampai detik ini masih
dianggap sebagai hal yang mewah untuk bisa dimiliki. Maka jangan heran kalau
lebih banyak orang yang menjadi penonton di gelanggang komunikasi publik
termasuk di kalangan mahasiswa.
Keadaan gawat dan mengenaskan memang sudah terjadi dimana
bangsa kita sudah salah arah dalam menggarap fondasi nation character
bilding yang menghasilkan suburnya mentalitas interior/minder, pemalas,
berpikir pintas, pragmatis, pengecut, individulistis, khianat, hedonis, orang
cenderung memilih menjadi pengikut dari pada menjadi pemimpin.
Secara umum orasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk
lisan di hadapan audiens (orang-orang yang hadir). Orang yang menyampaikan
pesan tersebut disebut orator. Orasi asal katanya berasal dari kata oral yang
berarti mulut, sederhananya istilah orasi dapat disamakan dengan khotbah,
ceramah, dakwah, pidato dan presentasi. Walapun masing-masing mempunyai
perbedaan, tetapi pada dasarnya merupakan metode penyampaian pesan, yang bisa
berupa pikiran, pendapat, atau gagasan.
Adapun khotbah diperuntukkan pada acara keagamaan dengan
sitiran ayat-ayat suci dan umumnya tidak diperbolehkan menginterupsi. Ceramah
dan dakwah subtansinya sama dengan khotbah tetapi lebih fleksibel karena terdapat
interaksi dengan audien (tanya jawab). Sedangkan pidato identik dengan
acara-acara formal yang ketat dengan protokoler. Nah, istilah yang serasa
netral ialah presentasi; karena ia mampu mewakili ragam istilah kegiatan
penyampaian pesan.
Beberapa resep yang harus di perhatikan dalam melakukan orasi
adalah :
SEMANGAT
Semangat adalah pancaran perasaan senang yang berisikan
tenaga penggerak yang menggairahkan aktivitas. Orator yang bersemangat akan
mampu menggerakan audiens yang lesu menjadi antusias dan merombak suasana
jenuh, adem ayem, dingin, dan kaku menjadi hidup. Adapun rahasia dari semangat
adalah menular. Artinya, kalau pembawaan orator bersemangat maka otomatis
semangat tersebut akan menjangkiti hadirin dalam merespon pemikiran, pendapat,
dan gagasan yang dikemukakan.
a.
Menyemangti diri; mencanangkan harapan tujuan dari perjuangan harus
selalu diingat karena akan mendorong kita bertekun mewujudkan harapan atas
prestasi dan kualitas hidup.
b.
Menyemangati audiens; pertanyaaan retorik adalah
pertanyaan pengumpan, citakan dan jadikan prioritas pertanyaan-pertanyaan yang
berorientasi pada kebutuhan audiens; propokasi ialah pancingan emosi atau
tantangan. Titik tumpunya pada emosi, dan dianggap cara yang paling ampuh
membangkitkan dan membakar semangat; pujian yaitu penghargaan yang diberikan
atas perbuatan atau perkataan, yang merupakan manifestasi dari perhatian;
iming-iming yakni buaian janji yang bertalian erat dengan gambaran keuntangan
yang bisaa diraih berikut cara mendapatkannya; humor esensinya melebihkan suatu
hal, menjungkarbalikan fakta, memplesetkan, memperbandingkan, dan mengandung
unsur kejut.
YAKIN
Pengetahuan merupakan modal dasar yang dibutuhkan untuk membentuk
keyakinan, anda tidak perlu harus mengetahui secara menyeluruh setiap detil
persoalan, tetapi mengetahuinya secara umum sudah cukup baik. Sederhananya,
tampil yakin, maka orang akan menyakini apa yang anda ucapkan! dalam konteks
meyakinkan orang, pertama-tama rebutlah perhatiannya, bangkitkan kebutuhannya, berikan
petunjuk memuaskan kebutuhan tersebut, gambarkan keuntungan/kerugian yang akan
diperoleh, akhirnya doronglah dalam bertindak.
Sebagai resep tambahan kita tidak perlu tampil secara
sempurna karena tidak ada yang sempurna di dunia ini maka tampillah apa adanya
… be your self.
LANTANG
Lantang berarti mengeluarkan suara dengan jelas dan keras.
Suatu hal yang perlu di ingat, yaitu anda harus mengeluarkan suara dengan jelas
agar orang lain mengerti apa yang disampaikan. Audiens akan memberikan
perhatian terhadap orator yang mempunyai suara memetir, dan dengan ini akan
membentuk kesan kuat bahwa orator pribadi yang percaya diri. Mulai pertama
berbicara di muka umum bisa jadi suara, jantung, dan dengkul kita bergertar.
Sangatlah wajar dalam proses belajar, biasanya kondisi tersebut hadir karena
danya rasa takut ( takut tampak bodoh, takut kehilangan harga diri, takut
kehabisan kata-kata, dll.) Solusinya adalah buang jauh-jauh rasa ketakutan
tersebut sampaikanlah apa yang terekam yang ada di isi kepala kita.
Sudah menjadi aksioma bahwa orang yang tidak pernah mengambil
resiko adalah orang yang tidak pernah berbuat apapun. Pastinya orang tersebut
penakut dan selalu dekat dengan kebodohan. Terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam melakukan orasi diantaranya:
a.
Intonasi; memperhatikan tekanan nada naik dan turun pada susunan kata,
kadang tinggi, sedang, rendah. Laju pembicaraan yang menerapkan intonasi
pastinya akan mendinamiskan suasana serta akan menginspirasi audiens.
b.
Artikulasi; kejelasan bunyi akan memudahkan pendengar dalam
menerjemahkan arti, maksud dan arah pembicaraan. Kekeliruan menangkap arti akan
menyebabkan kebimbangan dalam memahami. Maka upayakan semaksimal mungkin
mengeluarkan suara secara lepas, tegas, tanpa di tahan.
c.
Kecepatan berbicara; bagi pemula ini bukan pilihan untuk segera diaplikasikan,
karena terbuka resiko terpeleset dalam ucapan. Tapi kedepannya patut
dilaksanakan karena mampu menimbulkan efek dalam menyemangatkan suasana.
Apalagi ditambah dengan suara keras dan tampilan eksfresif akan memepesona dan
meraup perhatian audiens.
d.
Jeda; berhentilah sejenak dan ambil nafas secara normal di akhir
untaian kalimat yang sekiranya serasa panjang. Waktu yang tersedia hitungannya
detik, anda dapat memanfatkannya untuk merangkai pikiran, mengistirahatkan
tenggorokan, dan memberikan audiens kesempatan menyerap uraian yang kita
paparkan.
ACTING
Tampaknya hampir setiap hari dari kita pernah melakukan
akting atau berpura-pura sehingga menyebabkan orang lain percaya ?? kalau
dirunut dari masa kanak-kanak kita bahkan sudah melakukannya dari mulai sekedar
rengekan samapai dengan melipat uang saku agar berlebih karena godaan aneka
jajanan. Orang tua, teman, guru, dapat kita perdaya dengan akting yang memukau
ntuk memperoleh perhatian, menutupi kesalahan, minta perhatian, dll. Komponen
utama akting ialah ekspresi, yang tak lain merupakan ungkapan jiwa lewat
gerakan tubuh dan air muka. Gerakan yang mewakili suasana riang, sedih, marah,
dsb. Tampil tanpa ekspresi akan tampak hambar dan menjemukan audiens. Jika anda
melakukan presentasi, jangan tampil diam terpaku tanpa ekspresi layaknya robot,
karena kalau itu yang anda lakuakan itu sama saja anda menakut-nakuti audiens
yang mengira anda zoombie. Sedangkan robocoop bisa sedih, marah dan tersenyum.
Lakukan lakon sebagai orator secara terus menerus, karena jika anda melakukan
sandiwara dalam jangka waktu lama, maka
sandiwara tersebut akan menjelma menjadi kenyataan. mudah melakukannya, tinggal mempraktekannya
seperti apa yang dulu kita lakukan.
TATAPAN
Sering kita beradu pandang dengan orang lain ketika
berbicara, adu pandang dalam konversasi akan menimbulkan kesan lawan bicara
menyimak dan menghargai. Saling menimbulkan syak wasangka hingga menyebabkan
perkelahian karena dianggap menantang kurang ajar/menghina. Ketajaman mata
dibutuhkan orator agar memperlihatkan kewibawaan, keteguhan dan keseriusan
layaknya mata komandan tentara ketika menancapkan perintah. Bukan sembarang
memandang akan tetapi benar-benar tepat menatap pada bola mata. Anda akan
mendapat perhatian penuh dari audiens dengan melakukan kontak mata yang tepat,
karena ia mampu berbicara lebih banyak dari pada kata-kata yang di ucapkan.
Mata yang sering berkedip menunjukkan keraguan, kecemasan dan ketidak pastian.
MENGANALISA KONDISI AUDIENS
Tanpa mengenali siapa audiennya sama saja orator memberikan
petunjuk arah dalam keadaan gelap gulita. Yang harus di perhatikan dalam
sebelum memulai presentasi adalah mendapatkan data tentang audiens. Pertama; berangkat
dari lapisan sosial mana mereka berada, termasuk tingkat edukasi, pergaulan,
budaya, dsb. Kedua adalah penggunaan bahasa; menggunakan bahasa yang mudah
diserap, ketiga; memperhatikan kepentingan audiens yang diinginkan, kesukaan
mereka, terakhir adalah melihat titik jenuh suatu forum dan mensiasatinya.
CARA MENGUPAS PERSOALAN
Sebuah persoalan dapat dikupas dari sudut pandang yang
berkaitan dengan sikap hidup. Misalnya dari segi agama, marxis, nasionalisme,
sosialisme, dsb. Kemudian masalah dapat ditinjau dari segi ilmiah, semisal; sosiologi,
psikologi, histori, statistik, biologi, komparatif, dll. Perlu ditegaskan dalam
memandang suatu persoalan dibutuhkan pemisahan antara sikap hidup, dengan
pendekatan ilmiah.
Varian merode penyampaian pesan;
1.
Kronologis, penjelasan yang menerangkan peristiwa berdasarkan urutan
waktu/tahapan.
2.
Ilustrasi, pernyataan yang umum – penjelasan – contoh pertentangan atau
perbandingan.
3.
Kausalita, hubungan sebab akibat terjadinya suatu fenomena.
4.
Deskriftif, menggambarkan suatu hal atau keadaan ( suaasana, bentuk,
ciri, warna, rasa).
5.
Problem solving, deskrifsi mengenai peristiwa, analisis sebab akibat,
solusi.
6.
Deduktif dan Induktive, menguraikan hal yang umum kemudian
menyeretnya kepada suatu hal yang kecil; uraian hierarkis, induktive adalah
sebaliknya.
7.
Klimaks dan Anti Klimaks, menempatkan posisi yang dianggap
paling penting pada akhir suatu penjelasan anti klimaks adalah kebalikannya.
8.
Familiaritas, mengemukakan sesuatu yang dikenal kemudian pindah kepada
sesuatu hal yang asing.
9.
Akseptabilitas, mengemukakan gagasan yang diterima
secara umum dan berlaku secara universal.