AL-ANSAB


Bentuk tradisi sebelum Islam yang mengandung sejarah lainnya adalah al-Ansab, yang artinya adalah silsilah. Al-Ansab adalah kata jamak dari kata nasab yang berarti silsilah (genealogi). Sejak masa Jahiliyah orang-orang Arab sangat memperhatikan dan memelihara pengetahuan tentang nasab. Ketika itu pengetahuan tentang nasab merupakan salah satu cabang yang di anggap penting. Setiap kabilah mengahfal silsilahnya, semua anggota keluargnya mengahafalnya agar tetap murni, dan silsilah itu dibanggakan terhadap kabilah lain (Badri Yatim, 37-38, 1997).

Nasab itu juga dikaitkan dengan syair Arab, topik utama sya'ir orang Arab bahkan berkenaan dengan nasab ini dan dengan syair itu pula mereka membanggakan nasab mereka masing-masing pada prestasi yang pernah dicapai oleh nenek moyang mereka. Dalam tradisi Arab ini mengandung perasaan sejarah, namun tetap tidak di katakan sepenuhnya sebagai bentuk ekspresi kesadaran sejarah. Ada beberapa alasan, di antaranya: Pertama., Pada masa sebelum Islam perhatian terhadap genealogi itu belum mengambil bentuk tradisi tulis, karena orang-orang yang memperhatikan nasab memelihara pengetahuan mereka dalam bentuk hapalan. Kedua., Hapalan tentang nasab yang juga merupakan kisah sejarah itu, di dalamnya terdapat mitos-mitos dan dongeng tertentu yang berkaitan dengan nasab bersangkutan. Ketiga., Dengan adanya tradisi nasab ini penduduk Arab Utara tidak sampai pada sejarah umum yang meliputi setiap kabilah. karena mereka belum mengenal arti tanah air, di samping karena kehidupan mereka yang nomaden itu tidak mempersatukan mereka ke dalam satu masyarakat. Keempat., Banyak pengetahuan nasab ini yang lenyap bila tidak ada yang menghapalnya (Badri Yatim, 22, 2009).
Hapalan terhadap nasab-nasab ini sesudah Islam mempunyai kedudukan sendiri dalam ilmu sejarah, meskipun Nabi mencegah umatnya untuk membanggakan kabilahnya.

Karya-karya Penulisan al Ansab
Salah satu monograf yang berkaitan dengan garis keturunan yang mula-mula sekali adalah kitab Hadzfu min Nasab Quraisy yang berkenaan dengan keluarga kecil suku Quraisy yang di susun oleh Muarrij bin Amr As Sadusi. Abu al Mundzir Hisyam ibnu Muhammad ibnu al Saib ibnu Basyar al Kalbi (w.146 H/763 M), lahir di Kuffah adalah seorang ahli nasab, di dalam mengumpulkan informasi mengenai garis keturunan dia mengadakan hubungan dengan ahli-ahli yang terkenal di tiap kabilah. 

Kitabnya yang paling menonjol ialah al-Nasab al Kabir yang isinya meliputi nasab kabilah Arab terkemuka. Di samping itu juga menyusun suatu kitab yang berjudul nasab ruhul al khaili fi al-Jahiliyah wa al Islam (Badri Yatim, 165, 2009). Ia merupakan orang pertama yang menyusun kitab tentang nasab Bani Tamim dan Khindif, yang lain lagi adalah Mus’b al Zubairy (w.223 H) yang mengarang  buku berjudul al Nasab al Kabir yang kedua Nasab Quraisy. Ilmuwan sahabat Rasul yakni keturunan Abdullah bin Zubair, telah mengarang kitab yang berjudul Nasab Quraisysyin dalam dua jilid. Selanjutnya buku berjudul al-Asyraf, yang berisi kajian tentang orang orang terhormat dari kalangan Arab yang dikarang oleh al-Baladzuri.

Karya tentang al-Ansab ini juga terdapat di Spanyol  dan Magribi. Ilmu ini mendapat perhatian besar, banyak sejarahwan yang mengarang al-Ansab di antaranya, Abd. Malik ibnu Habib, Ahmad al-Razi, Muhammad ibnu Hazm al-Qurtubi, dan Ibnu Abd Barr. Faktor adanya penulisan ini karena setelah berdirinya masyarakat Andalusia Islam di Spanyol terdapat berbagai masyarakat yang berbeda etnis, seperti Arab, Barbar, dan keturunan Arab. Faktor lainnya adalah sejarah politik di Spanyol sangat diwarnai persaingan etnik, di antara Arab Utara dan Arab Selatan maupun Barbar. karena adanya hubungan dengan persaingan politik, maka silsilah keluarga berpengaruh lebih banyak ditulis dari pada silsilah keluarga yang tidak mempunyai peran politik.

Faktor Penyebab Berkembangnya Penulisan al-Ansab di Islam Klasik
a.    Tradisi al-Ansab merupakan tradisi yang hidup dan banyak diminati orang Arab sejak sebelum  Islam.
b.    Lembaga dewan yang di ciptakan Umar menetapkan besarnya hadiah kepada kaum Muslim berdasarkan jauh dekatnya seseorang dengan Nabi dan sahabat. Kebijakan Umar ini berlanjut pada masa sesudahnya.
c.    Persaingan politik di antara kabilah-kabilah Arab di negeri baru.
d.    Munculnya rasa kefanatikan pengikut Ali ra.
e.    Pada masa Bani Umayah karena didorong oleh politik, pengetahuan dan penulisan mengenai nasab ini mendapat perhatian.
f.      Munculnya gerakan Syu’ubiyah di masa pemerintahan Abbas. Sejak gerakan ini ada, dari kalangan non-Arab dengan bersemangat mengutuk orang Arab, maka orang Arab bangkit untuk menunjukkan kemurnian darah mereka. Dengan maksud membanggakan diri ini, baik dari kelompok Arab maupun kelompok non-Arab menentang dan mengutuknya. Pada waktu itu unsur nasab sangat menentukan kedudukan seseorang dalam posisi-posisi penting di bidang kemiliteran dan pemerintahan.

Daftar Bacaan
Badri Yatim, Historiografi Islam, Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 1997.

Badri Yatim, Perkembangan Historiografi Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.

No comments:

Post a Comment

Surah Al-Fatihah, menjadi pembuka & Kunci kehidupan di Dunia & Akhirat

بسم الله الرحمن الرحيم Asma Alloh harus digunakan dalam kehidupan (bukan sekedar dibaca/dijadikan wiridan saja) الحمد لله رب العالمين...