HADIST
KARAKTER PESERTA DIDIK

           Pendidikan adalah sebagai wahana untuk membentuk manusia ideal, maka pendidikan tidak akan pernah terlepas dari kehidupan kita sehari-hari. Di lain pihak pendidikan merupakan faktor penentu kemajuan suatu negara. Maju tidaknya suatu negara tergantung dari kualitas pendidikan di dalamnya. Sudah jelas kiranya bahwasanya pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan umat manusia.
Anak didik sebagai salah satu komponen pendidikan dalam hal ini memerlukan perhatian yang cukup serius, terlebih selain sebagai objek juga berkedudukan sebagai subjek dalam pendidikan. Dengan kedudukan yang demikian maka keterlibatan anak didik menjadi salah satu faktor penting dalam terlaksananya proses pendidikan.
Ibn Khaldun seseorang yang terkenal sebagai pakar sosiolog, mencoba mendefinisikan anak didik sesuai tingkat pemahamannya. Dengan latar belakang sosiolog dan juga sejarawan, sedikit banyaknya memberikan pengaruh dalam usahanya memberikan pandangan terhadap anak didik. Anak didik merupakan salah satu komponen terpenting dalam pendidikan. Tanpa anak didik, proses kependidikan tidak akan terlaksana.
Peserta didik dalam paradigma pendidikan Islam merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan
Paradigma di atas menjelaskan bahwa anak didik merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain (pendidik) untuk membantu mengarahkan, mengembangkan, serta membimbing potensi yang dimilikinya, menuju kedewasaan.
            Menurut Samsul Nizar (2002) beberapa hakikat peserta didik dan implikasinya terhadap pendidikan Islam, yaitu :
  1. Peserta didik bukan merupakan miniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki dunia sendiri.
  2. Peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi priodesasi perkembangan dan pertumbuhan.
  3. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi.
  4. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual.
  5. Peserta didik terdiri dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan rohani.
  6. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.[1]


A.    Hadits I
وَعَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ‹‹مَنْ عُلِّمَ الرَّمْيَ ثُمَّ تَرَكَهُ فَلَيْسَ مِنَّا››، أَوْ فَقَدَ عَصَى. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
            Dan dari padanya (Abi Hammad/Sa`ad) bahwasanya dia berkata : Rasulullah SAW bersabda:“Barangsiapa yang diajarkan memanah kemudian meninggalkannya, maka bukanlah   termasuk golongan kami, atau dia telah berbuat maksiat. (HR. MUSLIM).

       Kosa Kata:
Ullima       : mengajar
Ar-roma   : memanah
Asho         : berbuat maksiat

Penjelasan :
Hadits ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim pada bab tentang keutamaan memanah. Orang yang telah belajar memanah kemudian melupakannya tanpa uzur/ halangan mendapatkan ancaman yang besar, sebab ia telah berhasil menjadi orang yang ahli untuk mempertahankan agama Allah dan memerangi/melawan musuh serta dia sudah piawai untuk tugas jihad. Maka, apabila ia meninggalkannya ia telah melakukan perbuatan yang ceroboh/lalai. Ia tidak mengamalkan ilmu yang ia miliki, padahal Allah telah meridhoi ia untuk pandai memanah, tetapi ia tidak mensyukurinya dan tidak memanfaatkan ilmu itu dengan baik, ia melalaikan nikmat yang Allah telah berikan.

Kaitan dengan pendidikan / karakter anak didik:
Kaitannya yaitu seorang anak didik yang lalai atau tidak mengamalkan ilmunya. Diibaratkan anak yang sudah piawai/ahli memanah, tetapi tidak mau berperang/ berjihad.


Biografi Imam Muslim
Nama lengkap beliau ialah Imam Abdul Husain bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Beliau dilairkan di Naisabur tahun 204 H/820 M. Yaitu sebuah kota kecil yang terletak dinegara Iran. Sebagaimana dikatakan oleh al-Hakim Abu Abdullah dalam kitabnya Ulama’ul Amsar. Imam Muslim adalah penulis kitab Sahih dan kitab ilmu hadits. Beliau adalah ulama terkemuka yang namanya tetap dikenal sampai kini.[2]
Perhatian dan minat Imam Muslim terhadap ilmu hadits memang luar biasa. Sejak usia dini, beliau telah berkonsentrasi mempelajari hadits. Pada tahun 218H, beliau mulai belajar hadits, ketika usianya kurang dari lima belas tahun. Beruntung, beliau dianugerahi kelebihan berupa ketajaman berfikir dan ingatan hafalan. Ketika berusia sepuluh tahun, Imam Muslim sering datang dan berguru pada seorang ahli hadits, yaitu Imam Ad Dakhili. Setahun kemudian, beliau mulai menghafal hadits Nabi SAW, dan mulai berani mengoreksi kesalahan dari gurunya yang salah menyebutkan periwayatan hadits.
Kehidupan Imam Muslim penuh dengan kegiatan mulia. Beliau merantau ke berbagai negeri untuk mencari hadits. Dia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan Negara-negara lainnya. Dia belajar hadits sejak masih kecil, yakni mulai tahun 218 H. Dalam perjalanannya, Muslim bertemu dan berguru pada ulama hadits.
Imam Muslim yang dikenal sangat tawadhu’ dan wara’ dalam ilmu itu telah meriwayatkan puluhan ribu hadits. Menurut Muhammad Ajaj Al-Khatib, guru besar hadits pada universitas Damaskus, Syiria. Hadits yang tercantum dalam karya besar Imam Muslim, Shahih Muslim, berjumlah 3.030 hadits tanpa pengulangan. Bila dihitung dengan pengulangan, katanya, berjumlah sekitar 10.000 hadits. Sementara menurut Imam Al Khuli, Ulama besar asal Mesir, hadits yang terdapat dalam karya Muslim berjumlah 4.000 hadits tanpa pengulangan, dan 7.275 dengan pengulangan. Jumlah hadits yang beliau tulis dalam Sahih Muslim itu diambil dan disaring dari sekitar 300.000 hadits yang beliau ketahui. Untuk menyaring hadits-hadits tersebut, Imam Muslim membutuhkan waktu 15 tahun.
Imam Muslim menjadi orang kedua terbaik dalam masalah ilmu hadits (sanad,matan,kritik,dan seleksinya) setelah Imam Bukhari. “Di dunia ini orang yang benar-benar ahli dibidang hadits hanya empat orang; salah satunya adalah Imam Muslim”, komentar ulama besar Abu Quraisy Al Hafizh. Maksud ungkapan itu tak lain adalah ahli-ahlli hadits terkemuka yang hidup dimasa Abu Quraisy.[3]
·         Wafatnya
Setelah mengarungi kehidupan yang penuh berkah, Muslim wafat pada hari ahad sore dan dimakamkan dikampong Nasr Abad daerah Naisabur pada hari senin, 25 Rajab 261 H. Dalam usia 55 tahun. Selama Hidupnya, Muslim menulis beberapa kitab yang sangat bermanfaat.
·      Para Gurunya
Imam Muslim mempunyai guru hadits yang sangat banyak sekali, diantaranya adalah: Utsman bin Abi Syaibah, Abu Bakar bin Syaibah, Syaibah bin farukh, Abu Kmail al-Juri, Zuhair bin Harab, ‘Amar an-Naqid, Muhammad bin Musanna, Muhammad bin Yasar, Harun bin Sa’id al-Aili, Qutaibah bin Sa’id, dan lain sebagainya.
·      Murid yang Meriwayatkan Haditsnya
Banyak para Ulama yang meriwayatkan Hadits dari Imam Muslim, bahkan diantaranya terdapat ulama besar yang sebaya dengan dia. Diantaranya, Abu Hatim ar Razi, Musa bin Harun, Ahmad bin Salamah, Abu Bakar bin Khuzaimah, Yahya bin Said, Abu Awanah, Abi Isa at Tirmizi,  Abu Amar Ahmad bin al-Mubarak al-Mustamili, dan lain sebagainya.
·          Kitab Tulisan Imam Muslim
Imam Muslim mempunyai kitab hasil tulisannya yang jumlahnya cukup banyak. Diantaranya:
1.      Al-Jamius Syahih
2.      Al-Musnadul Kabir
3.      Kitab Al-Asma’ wal Kuna
4.      Kitab al-Ilal
5.      Kitab al-Aqran
6.      Kitab Sualatihi Ahmad bin Hanbal
7.      Kitab al-Intifa’ bi Uhubis Siba’
8.      Kitab al-Muhadramain
9.      Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahidin
10.  Kitab Auladus Sahabah
11.  Kitab Auhamul Muhadisin                            

B.     HADITS II
وَعَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: جَاءَتِ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيْثِكَ، فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ نَفْسِكَ يَوْمًا نَأْتِيْكَ فِيْهِ تُعَلِّمُنَا مِمَّا عَلَّمَكَ اللهُ، قَالَ: ‹‹اِجْتَمِعْنَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا››. فَاجْتَمَعْنَ، فَأَتَاهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَّمَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَهُ اللهُ، ثُمَّ قَالَ: ‹‹مَا مِنْكُنَّ مِنِ امْرَأَةٍ تُقَدِّمُ ثَلاَثَةً مِنَ الْوَلَدِ إِلاَّ كَانُوْا لَهَا حِجَابًا مِنَ النَّارِ››. فَقَالَتِ امْرَأَةٌ: وَاثْنَيْنِ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ‹‹وَاثْنَيْنِ››. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Abu Sa’Id al-Khudry berkata: “seorang perempuan datang lalu berkata kepada Nabi SAW, ya Rasulullah, orang-orang laki telah memborong semua haditsmu, maka berilah kesempatan bagi kami suatu hari yang kami akan datang kepadamu agar kau ajarkan kepada kami apa yang telah diajarkan Allah kepada mu. Maka Rasulullah meminta mereka datang pada suatu hari yang telah ditentukannya, dan berkumpullah mereka. Maka mereka diajarkan oleh Nabi beberapa keterangan, kemudian Nabi bersabda: “ tiada seorangpun diantara kamu yang kematian tiga anak, melainkan mereka itu nanti akan menjadi dinding (penghalang) dari api neraka. Perempuan itu bertanya: kalau dua orang anak bagaimana?, jawab Nabi: “juga dua orang anak”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Kosa Kata :
ذَهَبَ الرّجَالُ بِحَدِيْثِكَ     Orang-orang laki telah memborong semua hadits mu
فَاجْعَلْ لَنَا                    Maka berilah kesempatan bagi kami:
يَوْمًا نَأتِيْكَ                    Suatu hari yang kami akan datang kepada mu:
تُقَدِّمُ                           Ditinggal mati:
فَجْتَمَعْنَ                      Maka berkumpullah mereka:
حِجَابً                       Dinding
Penjelasan:
Hadits ini dari Abu sa’id al-khudry, Rasulullah bersabda: suatu hari ada seorang perempuan dating mendekati Rasul, kemudian perempuan itu berkata: “Ya Rasul, selama ini yang selalu mengambil / yang kau ajarkan tentang hadits mu hanyalah orang-orang laki,berilah kami kesempatan kepada ku (perempuan) pada suatu hari dimana kau dapat mengajarkan suatu ilmu kepada ku layaknya Allah telah mengajarkan mu. Rasulullah bersabda (menjawab): ikutlah berkumpul pada hari yang ditentukan. Maka berkumpullah perempuan itu, tatkala Nabi Muhammad dating maka beliau mengajarkan mereka sebagai mana yang telah diajarkan Allah kepadanya. Nabi bersabda: “tidak ada seorangpun di antara kalian yang ditinggal mati anak laki-laki atau perempuan satu, dua atau tiga orang, melainkan ia akan menjadi penghalang dari api neraka. Kemudian perempuan itu bertanya: bagaimana kalau dua orang?. Nabi menjawab: dua orang juga. (H.R. Bukhori dan Muslim)
Kaitan hadits dengan Pendidikan:
            Dalam hal pendidikan dewasa ini, ada beberapa orang dari kaum wanita yang memiliki karakter dan semangat yang sangat kuat dalam belajar layaknya kaum laki-laki, mereka merasa tidak mau tertinggal pengetahuannya dari kaum laki-laki, oleh karenanya wanita di zaman sekarang berusaha memposisikan derajatnya agar setara dengan kaum lelaki baik dalam hal keilmuan atau pendidikan, politik dan pemerintahan.


  [1] Nizar, Syamsul, H. Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis) Jakarta: Ciputat Pers. 2002        
  [2] Harun Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, hlm. 801.
  [3] http://members.tripod.com/fitrah_online/thema/des98/1298muslim.htm

No comments:

Post a Comment

Surah Al-Fatihah, menjadi pembuka & Kunci kehidupan di Dunia & Akhirat

بسم الله الرحمن الرحيم Asma Alloh harus digunakan dalam kehidupan (bukan sekedar dibaca/dijadikan wiridan saja) الحمد لله رب العالمين...